Home / Covid-19 / Guruku dan Covid-19

Guruku dan Covid-19

Hari ini adalah pekan kedua atau tepatnya hari ke dua belas sejak Issue Covid-19 atau dikenal dengan istilah “Virus Corona” melanda negeri ini dan menghebohkan seluruh dunia. Setiap hari jumlah manusia yang terserang virus mematikan ini semakin meningkat secara signifikan . Beberapa negara bahkan sampai kekurangan tenaga dan peralatan medis. Jumlah penduduk yang meninggal akibat Virus ini juga semakin meningkat. Virus ini menyerang siapapun tanpa pandang bulu. Apakah dia orang miskin, orang kaya, bahkan seorang dokter dan tenaga medispun yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan juga diserangnya. Hal ini semakin membuat seluruh rakyat menjadi takut dan gempar. Salah satu dampak dari kondisi ini adalah terpuruknya ekonomi diberbagai negara. Berbagai langkah dan upaya telah ditempuh oleh pemerintah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus ini. Salah satunya adalah “Lockdown”, namun di negara kita sistem yang diberlakukan lebih dikenal dengan istilah “Social Distancing”. Pusat-pusat pertokoan, tempat hiburan, dan rumah makan ditutup. Rumah sakit ditutup untuk setiap penjenguk, sebahagian perkantoran menjadi “Work from home” dan bahkan sekolah pun dialihkan ke rumah dengan sistem pembelajaran online. Para guru pun Stay at home sesuai anjuran pemerintah, tetapi tidak untuk kami. Kami sebagai pelayan masyarakat harus tetap bekerja bahkan lebih dari sebelumnya. Meskipun untuk kondisi saat ini diberlakukan sistem sift tetapi kami juga harus mendampingi Sang buah hati untuk belajar di rumah.

“Ayo belajar dengan Abi dulu Nak….”. Tidak…!!! saya mau belajar dengan Ummi…kalimat itu yang selalu Si kecil ucapkan sambil memeluk dan menatapku lekat. “Saya rindu Ummi….” dengan tubuh mungilnya ia kembali memelukku. Akhirnya akupun meraih tangannya dan mengajak dia belajar bersama meskipun tubuh ini lelah setelah bekerja di kantor dan kembali ke rumah mengerjakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Beberapa tugas sekolah yang diberikan secara online oleh para Ustadz dan Ustadzah kami selesaikan bersama. Setelah tiba saatnya Si kecil harus mengirimkan tugas hafalan Surah, akhirnya ia pun melantunkan setiap ayat dengan merdu dan penuh semangat sehingga membuat aku tertegun. “Aku ingin memasangkan mahkota buat Ummi dan Abi di surga kelak,” ucapan putri kecilku tiba-tiba membuatku terhentak dan tanpa aku sadari air matakupun menetes. Aku menyadari betapa berartinya kehadiran seorang ibu dan ayah buat anak-anaknya dan betapa cintanya seorang anak kepada orang tuanya. Selama ini sebagai seorang ibu aku terlalu sibuk dengan berbagai pekerjaan sehingga membuat aku hampir kehilangan waktu untuk mengetahui perkembangan putriku. Setiap hari sebelum berangkat ke sekolah dia tak pernah lupa mengucapkan kalimat “ Ummi dan Abi cepat pulang yah…” namun karena tugas, terkadang kami tiba dirumah setelah dia tertidur. Jangankan waktu untuk menemaninya belajar, mendampinginya pun pada saat kegiatan sekolah yang hanya sesekali dilaksanakan terkadang kami tak punya waktu.

 Disepertiga malam saat kami tertidur ketika tak sengaja aku terbangun, aku melihat wajah putri kecilku tertidur sambil memelukku penuh bahagia. Aku memandangi  wajah mungilnya yang penuh dengan kerinduan akan kasih sayang. Perlahan aku melepas pelukan tangannya dan melangkah keluar untuk berwudhu. Setelah aku bersujud dihadapanNya aku pun berdoa cukup lama. Dengan linangan air mata segala keluh kesah yang aku alami dan segala  kesalahan yang selama ini aku lakukan tumpah sudah dihadapan Rabbku. Aku baru menyadari bahwa Allah adalah pemilik skenario terbaik. Tak ada yang sia-sia, semua ada maksud dan tujuannya. Kita hidup di zaman sekarang ini dimana banyak pendusta urusan dunia yang membuat kita menjauh dari keluarga bahkan Sang Pencipta. Kami yang seharusnya mengikuti setiap perkembangan anak-anak kami, namun terkadang tak ada waktu sedikitpun untuk mereka. Semua dipercayakan kepada orang lain padahal anak adalah harta paling berharga yang dititipkan Tuhan kepada kita. Hafalan-hafalan Ayat Suci Al Qur’an yang mereka lantunkan serta Shalat lima waktu dan Dhuha yang disertai doa untuk kedua orang tuanya tak pernah mereka tinggalkan. Ini membuat kita semakin malu terhadap mereka dan diri kita sendiri. Karena kemajuan teknologi, terkadang banyak orang tua melupakan anak-anak mereka, melupakan betapa pentingnya bersama Sang buah hati dan berkumpul bersama keluarga. Mungkin inilah salah satu hikmah dibalik bencana “Virus Corona” yang Allah turunkan dimuka bumi ini, agar kami  sebagai orang tua sadar dan mengetahui peranan kita.

Pendidikan anak-anak yang selama ini hanya kita percayakan dan kita titipkan kepada para guru, terkadang membuat kita para orang tua lupa dan bahkan seolah-olah tidak mau mengetahui betapa beratnya tugas seorang guru. Sistem pembelajaran online yang baru saja berjalan kurang lebih dua pekan sudah membuat begitu banyak orang tua di negeri ini kewalahan dan bahkan mengeluh. Berbagai tanggapan bermunculan di media-media sosial bahkan sampai menimbulkan penyakit bagi mereka. Ada yang hipertensi, gula darah naik, emosi meningkat, kolesterol meningkat dan berbagai penyakit lainnya bermunculan pada saat mereka mengajar dan mendampingi anak-anak mereka belajar. Bahkan ada juga yang merasa bersyukur diciptakan di dunia ini bukan sebagai seorang guru. Lalu dimana tanda terimakasih dan perasaan mereka sebagai orang tua tatkala kita melihat berbagai kasus penganiayaan terhadap guru di berbagai media. Orang tua yang terkadang menganggap seorang guru adalah budak, seorang guru hanyalah boneka sehingga mereka memperlakukannya dengan semena-mena. Orang tua menganiaya seorang guru di hadapan murid-muridnya dan seorang murid menganiaya gurunya di hadapan teman-temannya. Betapa mirisnya. Para orang tua tidak menyadari betapa berat dan susahnya  menjadi seorang guru, sehingga mereka seharusnya dihargai dan dihormati.

Yah….Mereka adalah “GURU” yang menghadapi puluhan bahkan ratusan anak setiap harinya di negeri ini tanpa pernah mengeluh. Mereka yang mendidik putra putri kita agar menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Anak yang tau arti berbakti dan mengabdi kepada orang tua. Kita seharusnya bersyukur dibalik segala musibah dan teguran yang Allah berikan membuat kita terpaksa melakukan “Social Distancing”, agar kita bisa belajar lebih dekat dengan Sang Pencipta, belajar menjadi seorang guru bagi Putra putri kita dan belajar memahami beratnya peranan dan tugas seorang guru.

Akhirnya semoga tulisan ini dapat menginspirasi para orang tua untuk bisa lebih dekat dan selalu meluangkan waktu bersama keluarga dan putra putrinya karena waktu tak akan berputar kembali. Jangan sia-siakan kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk tetap dekat dan berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita cintai.

Tulisan ini juga merupakan bentuk apresiasi kami sebagai orang tua kepada para guru dimanapun berada. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para guru semoga segala pengorbanannya bernilai ibadah disisiNya  Aamiin Ya Robbal Alamin….

# Sebuah Inspirasi, Harapan dan Doa #

Megawati Alya (Orang Tua Siswa Andi  Alya Raisya Andirga / 2B1)

Gajah mati meninggalkan gading

Harimau mati meninggalkan belang

Wah, hewan mati meninggalkan sesuatu untuk dikenang.

Nah, lantas jika ajal telah mempersunting manusia, ingin meninggalkan apa di dunia ini?

Kami mengajak anda menjadi orang tua
untuk saling menginspirasi dari pengalaman melalui tulisan
dalam bentuk cerita atau tips yang seru, unik, lucu,
atau apa saja seputar masa libur 14 hari bersama
keluarga di rumah untuk dimuat di sdwahdah.sch.id
Tulisan dikirim ke sdwahdah@gmail.com

About admin

Check Also

Pembelajaran Digital, Why Not?

Hakikatnya pembelajaran digital bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Sistem pembelajaran ini sudah di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *