Oleh Ustaz Nasaruddin, M.Pd.
(Wakil Kepala Sekolah II SD Islam Terpadu Wahdah Islamiyah 01 Makassar)

Hari pertama Ramadan adalah saat yang tepat untuk memperbarui niat kita. Setiap amal tergantung pada niat, dan keikhlasan menjadi syarat utama diterimanya ibadah. Dalam Islam, niat bukan sekadar ucapan di lisan, tetapi tekad yang tulus dari hati untuk beribadah hanya kepada Allah.
KEUTAMAAN IKHLAS DALAM NIAT
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1, Muslim no. 1907)
Hadis ini menegaskan bahwa kualitas ibadah kita sangat bergantung pada niat. Sebuah amal yang tampak besar di mata manusia bisa jadi tidak bernilai di sisi Allah jika dilakukan tanpa keikhlasan. Sebaliknya, amal kecil yang dilakukan dengan niat tulus bisa bernilai besar di sisi-Nya.
Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an:
“Padahal mereka tidak diperintahkan, kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini mengingatkan bahwa segala bentuk ibadah harus dilakukan dengan keikhlasan, termasuk puasa di bulan Ramadan.
TANDA-TANDA NIAT YANG IKHLAS
- Tidak mengharapkan pujian atau pengakuan dari manusia. Orang yang ikhlas beribadah karena Allah tidak peduli apakah amalnya diketahui orang lain atau tidak. Yang terpenting baginya adalah ridha Allah.
- Tetap beramal meskipun tanpa disaksikan orang lain. Puasa adalah ibadah yang sangat berkaitan dengan keikhlasan, karena hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak.
- Tidak kecewa jika tidak dihargai manusia. Jika ibadah dilakukan hanya karena Allah, maka pujian atau kritik dari manusia tidak akan mempengaruhi semangatnya.
BAHAYA NIAT YANG TIDAK IKHLAS
Niat yang tidak ikhlas dapat mengurangi bahkan menghilangkan pahala ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.” (HR. Ahmad no. 23630)
Riya’ (pamer ibadah) adalah salah satu bentuk ketidakikhlasan yang harus dihindari. Sebab, Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan niat yang murni untuk-Nya.
MENJAGA KEIKHLASAN DI BULAN RAMADAN
- Memulai setiap ibadah dengan mengingat tujuan utama, yaitu mencari ridha Allah.
- Menghindari keinginan untuk dipuji atau diperlihatkan kepada orang lain.
- Memperbanyak doa agar Allah menjaga hati dari penyakit riya’. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa:
اللهم اجعل عملي كله صالحا، واجعله لوجهك خالصا، ولا تجعل لأحد فيه شيئا
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amal perbuatanku baik, jadikanlah ia ikhlas karena wajah-Mu, dan jangan jadikan dalam amalanku sesuatu pun untuk selain-Mu.” (HR. An-Nasa’i no. 3140)
KESIMPULAN
Ikhlas adalah ruh dari setiap ibadah, termasuk puasa Ramadan. Tanpa keikhlasan, ibadah bisa menjadi sia-sia di sisi Allah. Oleh karena itu, mari kita niatkan Ramadan ini dengan hati yang bersih, semata-mata karena Allah, agar setiap amal kita bernilai dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang ikhlas dan menerima ibadah kita di bulan yang mulia ini. Aamiin.
Referensi:
- Al-Qur’an, Surah Al-Bayyinah: 5
- Shahih Bukhari no. 1, Shahih Muslim no. 1907
- Musnad Ahmad no. 23630
- Sunan An-Nasa’i no. 3140